Vrydag 28 Februarie 2014

Alen Sutisna Rapsanjani

ceria-sedih-ceria-sedih..
begitulah hidup . kadang bahagia kadang juga sedih..
waktu itu ketika hati dirundung pilu dan sedih datanglah seorang malaikat yang selalu menenangkan, alangkah beruntungnya aku kenal dengan sosok yang menceriakan. dia mampu merubah dalam sekejap pilu yang aku rasakan waktu itu. tak henti dia selalu menghibur tak kenal lelah dan tak kenal waktu. beruntunglah aku waktu itu. hingga sampai pada satu tahun dia tak bosan selalu membuat aku tertawa riang. kami semakin erat, mendekat bagai ada magnet yang selalu menempel . tapi hanya hati yang mampu merasakan eratnya itu, karena dia tak pernah hadir disampingku . hanya sekali pertemuan yang membuat pertemuan itu selalu melekat di pandangan hati. setahun berlalu diapun membisikkan kata2 yang indah, yang mampu melenakan kaum hawa. kata yang suci , janji nun syahdu yang menggiurkan pandangan luas menerawang ke masa depan. kami jalani masa ta'aruf itu, kami menikmati awal-awal bulan itu, kami berencana buat masa depan yang akan dibangun kami. dia berkorban demi masa depan kami , dia tak kenal lelah demi masa depan kami, dia rela melakuakan segalanya demi masa depan yang akan dibangun kami, sampai-sampai dia lupa dengan waktu, dia lupa dengan waktu . waktu dia , dia habiskan dengan berusaha untuk kami, tapi egoisnya aku, aku merasa terabaikannya. aku merasa di acuhkannya, hingga aku sering merengek andai bayi yang belum diperhatikan ibunya. aku rindu perhatian itu, aku rindu support itu, aku rindu suara yang ceria itu. rindu dulu sebelum dia sibuk ini itu untuk masa depan kami. tapi itulah egois aku . akulah yang egois hingga pada akhirnya rengekan aku dia abaikan, dia acuh sama sekali tak lagi melirik celoteh aku.. dia cape dia cape dengan pengorbanannya, dia cape mendengar rengekan dan celotehan aku.. sehingga aku berpikir kalau aku belum pantas untuk berada di sandingannya nanti , karena aku yang sudah mengabaikan pengorbanannya, aku yang selalu membuatnya cape. hingga aku mundur untuk tidak lagi berharapnya. karena aku merasa aku bukanlah yang pantas untuknya. tapi kini aku menyesal , menyesal yang tiada penghujung . menyesal telah menyia-nyiakan perjuangan dan pengorbanannya.. namun apa daya dia yang terlanjur terlalu kecewa hingga dia tak mau mengenal aku kembali .
Tuhan sampaikan salam rinduku untuknya, untuk dia yang dulu berjuang dan berkorban untuk masa depan kita yang kini menjadi sirna..
SALAM SALAM SALAM.. maafkan aku yang belum dewasa . maafkan aku yang egois ..

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking